BAGAIMANA CARA MENGANGKAT PENYAKIT KANKER SERVIKS DENGAN RAMUAN HERBAL
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Gejala baru muncul saat kanker sudah mulai menyebar. Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait dengan infeksi menular seksual. Serviks adalah bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Salah satu fungsi serviks adalah memproduksi lendir atau mukus. Lendir membantu menyalurkan sperma dari vagina ke rahim saat berhubungan seksual. Selain itu, serviks juga akan menutup saat kehamilan untuk menjaga janin tetap di rahim, dan akan melebar atau membuka saat proses persalinan berlangsung.
GEJALA KANKER SERVIKS
Gejala baru muncul saat kanker memasuki stadium lanjut. Pada kondisi tersebut, gejala yang muncul bisa berupa:
- Perdarahan melalui vagina di luar masa menstruasi, setelah berhubungan intim, atau setelah menopause.
- Keluar cairan berbau tidak sedap dari vagina, yang kadang bercampur darah.
- Timbul rasa sakit tiap berhubungan seksual.
- Nyeri panggul.
Bila kanker semakin menyebar ke jaringan di sekitarnya, beberapa gejala lain yang dapat muncul meliputi:
- Diare.
- Mual dan muntah.
- Kejang.
- Kehilangan selera makan.
- Penurunan berat badan.
- Perut membengkak.
- Nyeri saat buang air kecil.
- Terdapat darah dalam urine (hematuria).
- Perdarahan pada dubur saat buang air besar.
- Pembengkakan pada kaki.
- Tubuh mudah lelah.
Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami perdarahan pada vagina setelah menopause. Walaupun umumnya disebabkan oleh kanker serviks, kondisi tersebut juga dapat disebabkan oleh kondisi lain, seperti polip rahim atau vagina kering.
PENYEBAB KANKER
Kanker serviks terjadi ketika sel-sel yang sehat mengalami perubahan atau mutasi genetik. Mutasi genetik ini mengubah sel yang normal menjadi abnormal, kemudian berkembang secara tidak terkendali dan membentuk sel kanker. Walau demikian, hingga saat ini belum diketahui apa yang menyebabkan perubahan pada gen tersebut. Penyakit kanker serviks bisa menyerang siapa saja. Sel kanker yang tidak ditangani, akan menyebar ke jaringan di sekitarnya. Penyebaran terjadi melalui sistem limfatik, yaitu aliran getah bening yang berfungsi menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi. Bila sudah mencapai sistem limfatik, sel kanker dapat menyebar ke berbagai organ tubuh, misalnya tulang dan saraf pada tubuh kita. Proses ini disebut dengan metastasis.
Meskipun belum diketahui apa penyebab pasti kanker serviks, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker ini. Faktor utamanya adalah kelompok virus yang disebut HPV (human papilloma virus) yang menginfeksi leher rahim. Selain daerah kelamin, HPV juga dapat menginfeksi kulit dan membran mukosa di anus, mulut, serta tenggorokan.
HPV pada serviks menular melalui hubungan seksual dan penularan ini semakin berisiko bila memiliki lebih dari satu partner seksual, hubungan seks pada usia dini, individu dengan kekebalan tubuh lemah (misalnya pada pasien HIV/AIDS), serta penderita infeksi menular seksual, seperti gonore, klamidia, dan sifilis.
Pada banyak kasus, infeksi HPV sembuh dengan sendirinya. Tetapi pada sebagian wanita, infeksi HPV memicu perubahan abnormal pada sel di rahim. Perubahan abnormal ini disebut cervical intraepitheal neoplasia (CIN), yaitu suatu kondisi pra-kanker yang akan berkembang menjadi kanker bila tidak segera ditangani. Namun demikian, diketahui hanya 5% infeksi HPV yang berkembang menjadi CIN dalam kurun waktu 3 tahun. Sedangkan perkembangan dari CIN menjadi kanker serviks dapat terjadi dalam 5 hingga 30 tahun.
Penelitian menunjukkan, lebih dari 99% kasus kanker serviks terkait dengan HPV. Meskipun demikian, tidak semua HPV menyebabkan kanker serviks. Dari 100 lebih tipe virus HPV, hanya 15 di antaranya yang terkait dengan kanker serviks, terutama HPV 16 dan HPV 18.
Faktor lain yang dapat memicu kanker serviks adalah merokok. Wanita perokok dua kali lebih berisiko terserang kanker serviks dibanding wanita yang tidak merokok. Zat kimia di dalam rokok dapat masuk ke aliran darah, dan diyakini dapat memengaruhi sel tubuh dan memicu berbagai kanker, termasuk kanker serviks.
Di samping sejumlah faktor di atas, beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker serviks adalah sebagai berikut :
- Berat badan berlebih (obesitas).
- Kurang konsumsi buah dan sayuran.
- Mengonsumsi obat pencegah keguguran (dietilstilbestrol) dalam masa kehamilan.
- Mengonsumsi pil KB selama 5 tahun atau lebih.
- Melahirkan lebih dari 5 anak, atau melahirkan di bawah usia 17 tahun.
- Riwayat kanker serviks dalam keluarga.
- Suka merokok
PENGOBATAN KANKER
Pengobatan terhadap kanker serviks meliputi bedah, kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi ketiganya. Metode yang dipilih tergantung kepada beberapa faktor, yaitu stadium kanker, jenis kanker, serta kondisi kesehatan pasien. Sejumlah pengobatan yang dapat dilakukan pada kanker serviks meliputi:
Bedah
Beberapa metode bedah dapat menangani kanker serviks, terutama pada stadium awal. Di antaranya adalah:
Bedah laser. Bedah laser bertujuan menghancurkan sel kanker dengan menembakkan sinar laser melalui vagina.
Cryosurgery. Cyrosurgery menggunakan nitrogen cair untuk membekukan dan menghancurkan sel kanker.
Konisasi atau biopsi kerucut. Prosedur ini bertujuan mengangkat sel kanker menggunakan pisau bedah, laser, atau kawat tipis yang dialiri listrik (LEEP). Metode konisasi yang dipilih tergantung pada lokasi dan jenis kanker.
Histerektomi. Histerektomi adalah bedah untuk mengangkat rahim (uterus) dan leher rahim (serviks). Pengangkatan sel kanker dapat dilakukan melalui sayatan di perut (abdominal hysterectomy), atau dengan laparoskopi (laparoscopic hysterectomy). Selain dua metode tersebut, kanker juga bisa diangkat melalui vagina (vaginal hysterectomy).
Pada kanker yang sudah menyebar luas, dokter juga akan mengangkat area vagina, serta ligamen dan jaringan di sekitarnya. Selain itu, ovarium (indung telur), saluran indung telur, dan kelenjar getah bening di sekitarnya juga akan diangkat. Prosedur ini disebut histerektomi radikal.
Perlu diketahui bahwa histerektomi akan membuat pasien tidak lagi bisa memiliki anak, dan mengakibatkan menopause pada wanita yang seharusnya belum mengalaminya. Selain itu, histerektomi juga dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek seperti infeksi, perdarahan, terbentuknya gumpalan darah, dan cedera pada kandung kemih, ureter (saluran urine dari ginjal ke kandung kemih), atau rektum.
Sedangkan pada kasus yang jarang, komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi adalah limfedema (pembengkakan pada lengan dan tungkai akibat penyumbatan saluran getah bening) dan inkontinensia urine (urine keluar tidak terkontrol). Kemungkinan komplikasi lainnya dapat berupa timbulnya sumbatan pada usus akibat terbentuknya jaringan parut, dan nyeri saat berhubungan seks akibat vagina yang terlalu pendek dan kering.
Trakelektomi radikal. Bedah trakelektomi bertujuan mengangkat serviks, vagina bagian atas, serta kelenjar getah bening di area pinggul, melalui laparoskopi. Pada trakelektomi, rahim tidak ikut diangkat, dan disambungkan ke bagian bawah vagina. Oleh karena itu, pasien masih memungkinkan memiliki anak.
Bilateral salpingo oophorectomy. Bedah ini digunakan untuk mengangkat kedua ovarium dan tuba falopi.
Pelvic exenteration. Pelvic exenterationadalah operasi besar yang hanya disarankan jika kanker serviks kambuh kembali setelah sempat sembuh. Operasi ini dilakukan jika kanker kembali ke daerah panggul, tapi belum menyebar ke wilayah lain.
KOMPLIKASI KANKER
Komplikasi bisa muncul akibat pengobatan, atau karena kanker serviks yang sudah memasuki tahap akhir. Beberapa komplikasi yang mungkin muncul akibat pengobatan kanker serviks antara lain:
Menopause dini
Menopause adalah kondisi ketika ovarium berhenti memproduksi hormon estrogen dan progesteron, yang biasanya terjadi pada wanita sekitar usia 50 tahun. Menopause dini dapat terjadi, bila ovarium diangkat melalui operasi, atau bisa juga karena ovarium rusak akibat efek samping radioterapi. Beberapa gejala yang muncul pada kondisi ini adalah :
- Vagina kering.
- Menstruasi berhenti atau tidak teratur.
- Kehilangan selera seksual.
- Sensasi rasa panas dan berkeringat (hot flushes).
- Berkeringat berlebihan, meski di malam hari.
- Kehilangan kemampuan menahan urine, sehingga bisa menyebabkan buang air kecil tanpa disengaja saat batuk atau bersin; kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia urine.
- Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang rapuh.
Beberapa obat-obatan yang merangsang produksi estrogen dan progesteron, dapat mengatasi gejala di atas. Pengobatan ini disebut sebagai terapi penggantian hormon.
Penyempitan vagina
Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks dapat menyebabkan penyempitan vagina. Hubungan seks bisa terasa sangat menyakitkan. Terdapat dua pilihan pengobatan untuk kondisi ini. Cara pertama adalah dengan mengoleskan krim hormon pada vagina, untuk meningkatkan kelembapan pada vagina, agar hubungan seks menjadi lebih mudah.
Cara kedua adalah dengan memakai vaginal dilator, yang berfungsi mengembalikan fleksibilitas vagina. Vaginal dilator bisa terbuat dari plastik, karet, atau kaca yang halus. Alat ini berbentuk seperti tabung, dengan ukuran dan berat yang bervariasi. Vaginal dilator bertujuan membuat jaringan vagina menjadi elastis, sehingga hubungan seks akan terasa lebih nyaman. Disarankan memakai vaginal dilator selama 5 sampai 10 menit secara teratur, selama enam bulan sampai satu tahun.
Banyak wanita yang merasa malu membicarakan tentang alat ini. Tapi metode penanganan ini cukup dikenal untuk masalah penyempitan vagina. Anda bisa menanyakan kepada dokter tentang kelebihan dan kekurangan alat ini.
Limfedema atau penumpukan cairan tubuh
Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan atau kaki, karena sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik adalah bagian penting dari sistem kekebalan dan sistem sirkulasi tubuh, yang berfungsi membuang cairan berlebih dari dalam jaringan tubuh.
Sistem limfatik mungkin tidak berfungsi normal jika nodus limfa diangkat dari panggul. Gangguan pada sistem ini bisa menyebabkan penimbunan cairan pada organ tubuh. Penimbunan inilah yang menyebabkan pembengkakan.
Pada penderita kanker serviks, limfedema biasanya terjadi di bagian kaki. Untuk mengurangi pembengkakan yang terjadi, pasien bisa melakukan latihan dan teknik pemijatan khusus. Perban atau kain pembalut khusus juga bisa membantu untuk mengatasi kondisi ini.
Divonis menderita kanker serviks atau merasakan efek samping pengobatannya, bisa sangat melelahkan secara emosional. Bahkan, penderitanya bisa mengalami depresi. Konsultasikan dengan dokter tentang cara menangani dampak emosional tersebut. Pasien juga bisa mencari informasi tentang kelompok dukungan kanker serviks, baik di rumah sakit maupun di Yayasan Kanker Indonesia.
Selain akibat pengobatan, komplikasi juga dapat terjadi akibat kondisi kanker serviks yang memasuki stadium lanjut. Sejumlah komplikasi tersebut antara lain:
Rasa sakit akibat penyebaran kanker
Rasa sakit yang parah akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke saraf, tulang, atau otot. Kondisi tersebut biasanya diatasi dengan pemberian obat pereda nyeri. Obat-obatan yang digunakan mulai dari paracetamol, obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) hingga morfin, tergantung pada tingkat rasa sakit yang dirasakan.
Jika pereda nyeri tidak banyak membantu, tanyakan pada dokter tentang obat yang mungkin memiliki efek lebih kuat. Radioterapi jangka pendek juga efektif untuk mengendalikan rasa sakit.
Perdarahan berlebih
Kanker serviks yang menyebar hingga ke vagina, usus, atau kandung kemih, dapat menyebabkan perdarahan bisa muncul di rektum atau di vagina. Perdarahan juga bisa terjadi saat buang air kecil. Kondisi ini dapat ditangani dengan kombinasi obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah.
Perdarahan ringan dapat ditangani dengan obat golongan asam traneksamat. Obat ini akan memicu penggumpalan darah menggumpal, sehingga dapat menghentikan pendarahan yang terjadi. Radioterapi juga efektif dalam menghentikan perdarahan akibat kanker.
Penggumpalan darah setelah pengobatan
Seperti jenis kanker lainnya, kanker serviks membuat darah menjadi lebih ‘lengket’ atau ‘kental’, dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan darah meningkat setelah menjalani kemoterapi, dan istirahat pascaoperasi. Munculnya tumor yang besar, bisa menekan pembuluh darah pada panggul. Kondisi inilah yang memperlambat aliran darah, dan mengakibatkan penggumpalan di kaki. Gejala terjadinya penggumpalan darah pada kaki antara lain:
- Sakit yang terasa sangat dalam di area kaki yang terdampak.
- Rasa sakit dan pembengkakan di salah satu bagian kaki, biasanya pada betis.
- Kulit memerah, terutama pada bagian belakang kaki di bawah lutut.
- Pada bagian yang terjadi penggumpalan, kulit akan terasa hangat.
Kondisi yang paling dikhawatirkan adalah terjadinya pulmonary embolism atau emboli paru, yang dampaknya akan sangat fatal. Emboli paru adalah gumpalan darah dari pembuluh darah di kaki, yang bergerak ke paru-paru dan menghalangi pasokan darah ke paru-paru. Penggumpalan darah di kaki bisa ditangani dengan kombinasi obat-obatan pengencer darah seperti heparin atau warfarin. Dokter juga bisa membalut kaki pasien dengan sejenis stocking, untuk membantu memperlancar peredaran darah ke seluruh tubuh.
Gagal ginjal
Ginjal berfungsi membuang limbah dari dalam tubuh. Limbah ini dibuang melalui urine melewati saluran yang disebut ureter. Tes darah sederhana bisa dilakukan untuk mengawasi kinerja ginjal. Tes darah ini biasanya disebut sebagai tingkat serum kreatinin.
Pada beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, kanker bisa menekan ureter. Kondisi ini dapat menyebabkan terhalangnya urine untuk keluar dari ginjal. Terkumpulnya urine di ginjal, atau dikenal dengan istilah hidronefrosis, bisa menyebabkan ginjal membengkak dan meregang. Hidronefrosis parah bisa merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya. Kondisi tersebut lebih dikenal sebagai gagal ginjal.
Pengobatan untuk gagal ginjal adalah dengan mengeluarkan semua urine yang terkumpul di ginjal. Pipa akan dimasukkan melalui kulit dan ke dalam tiap ginjal, dikenal sebagai nefrostomi perkutan. Pilihan pengobatan lain adalah memperlebar kedua saluran ureter. Ini dilakukan dengan cara memasukkan pipa besi kecil atau stent ke dalam ureter.
Beberapa gejala yang muncul akibat gagal ginjal meliputi:
- Sesak napas.
- Kelelahan.
- Mual.
- Pembengkakan pada pergelangan, tangan atau kaki karena penimbunan cairan.
- Darah dalam urine.
Produksi cairan vagina yang tidak normal
Cairan vagina bisa berbau aneh dan tidak sedap, bila kanker serviks memasuki stadium lanjut. Cairan yang keluar bisa muncul karena beberapa alasan, yaitu:
- Kerusakan pada jaringan sel-sel.
- Kerusakan pada kandung kemih atau usus sehingga terjadi kebocoran isi organ-organ tersebut yang keluar melalui vagina.
- Karena infeksi bakteri pada organ vagina.
Pengobatan untuk kelainan cairan vagina menggunakan gel anti bakteri yang mengandung metronidazole. Bisa juga dengan cara memakai baju yang mengandung zat arang (karbon). Karbon adalah senyawa kimia yang sangat efektif untuk menyerap bau yang tidak sedap.
Fistula
Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara dua bagian dari tubuh. Pada kasus kanker serviks, fistula bisa terbentuk antara kandung kemih dan vagina. Kondisi ini bisa mengakibatkan pengeluaran cairan tanpa henti dari vagina. Kadang, fistula bisa terjadi antara vagina dan rektum. Fistula termasuk komplikasi yang jarang, bahkan hanya terjadi pada 2 persen kasus kanker serviks stadium lanjut.
Untuk memperbaiki fistula, perlu dilakukan prosedur operasi. Akan tetapi, operasi umumnya tidak mungkin dilakukan pada wanita dengan kanker serviks stadium lanjut, akibat kondisi yang sudah sangat lemah. Bila operasi tidak memungkinkan, krim dan pelembap bisa digunakan untuk mengurangi pengeluaran cairan. Langkah tersebut juga bertujuan melindungi vagina dan jaringan di sekitarnya agar tidak rusak dan mengalami iritasi.
PENCEGAHAN KANKER
Anda dapat melakukan beberapa langkah pencegahan guna untuk mengurangi besarnya risiko terserang kanker serviks, di antaranya adalah :
- Berhubungan seks secara aman. Gunakan kondom dan hindari berhubungan seksual dengan berganti pasangan.
- Menerima vaksin HPV. Vaksin HPV dapat diberikan pada wanita usia 9-26 tahun. Vaksin ini akan lebih efektif bila diberikan sebelum aktif secara seksual.
- Rutin menjalani pap smear. Menjalani pap smear secara rutin berdasarkan usia membuat kondisi serviks selalu terpantau. Sehingga bila terdapat kanker, akan lebih mudah ditangani sebelum berkembang lebih lanjut.
- Tidak merokok.
BAGAIMANA CARA MENDAPATKAN OBAT INI
Paket 1 Minggu ----> 315.000 ( 1 Botol ziirzak, 1 Botol Typhogel)
Paket 2 Minggu ----> 630.000 ( 2 Botol ziirzak, 2 Botol Typhogel)
Paket 1 Bulan ----> 1.150.000 ( sudah diskon 110.000) ( 4 Botol ziirzak, 4 Botol Typhogel)
Paket 2 Bulan ----> 1.995.000 (sudah diskon 510.000) ( 8 Botol ziirzak, 8 Botol Typhogel)
LAYANAN KONSULTASI DAN PEMESANAN
0823 2105 5595 WhatsApp
0878 0282 0077 call/sms
LAYANAN RAMAH DAN BERSAHABAT
Untuk meningkatkan kepercayaan konsumen bisa datang dan melakukan pembayaran di tempat ke kantor apotik De Nature yang beralamat di Jl. Pahonjean Perum Cendana Asri No. 9 & 10 Majenang Cilacap Jawa Tengah 53257.
Namun bagi Anda yang berada jauh dari alamat tersebut, Anda bisa memanfaatkan jasa kirim melalui nomor yang tertera di atas.
Terima kasih karena telah berkunjung ke situs resmi Apotik De Nature. Semoga Anda sembuh dari penyakit yang Anda derita melalui obat dari kami. Prioritas kami Adalah kesembuhan dan kepentingan Anda. Untuk privasi, kami akan jaga dengan aman untuk kepentinga pribadi pelanggan. Salam sehat dari Apotik De Nature.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar